Konsep bela negara dapat diartikan secara fisik dan non-fisik, secara fisik dengan mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh, secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan Negara dengan cara meningkatkan rasa nasionalisme, yakni kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air, serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.
Bela Negara tidaklah berarti suatu kegiatan ‘memanggul senjata’ atau yang berbau ‘militerisme’ belaka, melainkan segala aspek kehidupan yang terkait dengan terjaganya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemerdekaan NKRI adalah suatu hal yang dicita-citakan dan dihasilkan melalui perjuangan panjang segenap rakyat Indonesia. Berbagai cara diplomasi, peperangan melawan penjajah dilakukan dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Semangat para pejuang dalam merebut kemerdekaan adalah hal yang sangat luar biasa. Mereka tidak takut mati, rela berkorban bukan untuk kepentingan dirinya semata, melainkan untuk bangsa dan tanah air tercinta.
Generasi muda saat ini hanya mengenal/mengetahui bahwa kemerdekaan NKRI adalah hasil perjuangan para pahlawan kemerdekaan, melalui pelajaran sejarah yang diperoleh di sekolah formal. Umumnya pelajaran sejarah disampaikan dengan cara yang kurang menarik, karena penjiwaan tentang peristiwa-peristiwa bersejarah tidak tampil dengan cukup sempurna. Pada akhirnya, sebagaimana mata pelajaran lainnya, lebih banyak yang menganggap bahwa pelajaran sejarah adalah sebuah hafalan saja. Cerita-cerita kepahlawanan dan riwayat perjuangan para pahlawan kemerdekaan, tidak cukup banyak dibahas dalam keseharian kehidupan mereka, jarang yang mendiskusikannya dalam forum-forum non formal. Lagu-lagu perjuangan, bisa jadi hanya dikenal oleh sebagian kecil saja pemuda Indonesia.
Kesadaran bela Negara pada diri seorang warga Negara adalah suatu hal yang terkait dengan kesadaran dan pengertian tentang perlunya peran dari pribadi yang bersangkutan dalam mempertahankan kedaulatan Negara. Permasalahan muncul ketika warganegara tersebut tidak menyadari bahwa dirinya sangat diperlukan dalam mempertahankan kedaulatan Negara. Pemahaman terhadap Pancasila sebagai ideology Negara, serta UUD 45 sebagai landasan hukum hendaknya disertai dengan implemantasinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan dengan bimbingan dan pengawasan dari para guru maupun orang tua mereka. Melalui pendidikan sejarah yang tepat dan benar serta pembahasan tentang sejarah perjuangan bangsa, pengkajian terhadap nilai-nilai luhur bangsa yang harus tetap kita pertahankan. Pemahaman dan penerapan nilai luhur itu dapat dilaksanakan. Diperlukan pengadaan literature penunjang yang cukup mudah dibaca baik oleh anak-anak, orang awam maupun orang dewasa.
Penanaman wawasan kebangsaan di sekolah formal maupun melalui media massa, baik media cetak maupun elektronik hendaknya dilaksanakan secara menerus, mudah diakses dan disediakan tempat/ruang diskusi dan tanya-jawab. Untuk keperluan tersebut hendaknya disiapkan secara bersama-sama oleh berbagai lembaga terkait.
Kecintaan terhadap tanah air tentunya akan tumbuh jika masyarakat mengenal tanah airnya dan upaya pengenalan dapat dilakukan melalui pelaksanaan wisata belajar, maupun berbagai jenis wisata lainnya yang tentunya akan memperluas wawasan para pesertaya. Untuk itu hendaknya disiapkan/disediakan sarana yang mudah dijangkau oleh masyarakat luas, baik yang mampu maupun tidak mampu secara finansial. Pendekatan lain dapat dilakukan dengan membuat berbagai film dokumentasi tentang keaneka ragaman budaya, kekayaan dan keindahan tanah air, yang menggambarkan berbagai daerah dan budaya serta keseharian masyarakatnya. Tentu saja keunggulan lokal dan kearifan lokal patut ditonjolkan.
Persatuan dan kesatuan bangsa dapat dipupuk melalui berbagai kegiatan yang melibatkan seluruh elemen bangsa dan ditumbuhkannya kebiasaan untuk saling menghargai sesama warganegara. Berbagai kegiatan olahraga nasional dan festival budaya, dapat menjadi ajang berkomunikasi dan saling mengenal anak-anak bangsa. Kecintaan terhadap sesama serta kemampuan bekerjasama, dapat diciptakan dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan secara bergotong royong. Kebiasaan ini tampaknya sudah mulai ditinggalkan, terutama di kota-kota besar. Di kampung dan di desa, masih tampak kegiatan bergotong-royong. Berbagai kegiatan social juga dapat menumbuhkan rasa solidaritas. Kesadaran bahwa ancaman terhadap kedaulatan Negara terus menerus berlangsung, di sisi lain tidak ada perintah langsung untuk melakukan tindakan persiapan maupun secara aktif melaksanakan bela
Negara, telah menyebabkan masyarakat kita, khususnya kaum muda, terlena dalam berbagai kemudahan dan fasilitas yang setiap hari mereka temui. Dalam pembicaraan sehari-hari, baik melalui percakapan, diskusi di internet, tak tampak ‘wacana bela negara’ merupakan suatu hal yang penting dan menarik untuk didiskusikan, dipersoalkan dan dipertanyakan. Seolah hal ini merupakan tanggung jawab para anggota TNI dan kepolisian belaka dan paling jauh, tanggung jawab para sesepuh yang pernah terlibat dalam kemerdekaan, baik langsung maupun tak langsung.
Era reformasi di Indonesia telah menyebabkan masyarakat merasa bebas berbuat, bebas berbicara, banyak menuntut haknya tapi lupa akan kewajibannya. Inlah salah satu dampak buruknya. Berbagai peristiwa yang telah terjadi belakangan ini telah membuktikan bahwa kesadaran bela Negara masyarakat kita, termasuk para pemudanya sangatlah memprihatinkan. Kita tidak boleh terus terlena, seolah permasalahan yang kita hadapi hanyalah persoalan yang harus dipecahkan oleh penyelenggara Negara semata. Kita harus cepat menyadari bahwa kesadaran bela Negara sudah harusdisiapkan sejak dini.
Tantangan bagi kita kini adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran bela Negara sejak dini. Apakah melalui pendidikan formal semata hal tersebt harus kita lakukan? Di pundak siapakah sebetulnya kewajiban membangun kesadaran bela Negara ini? Tentu saja hal ini bukanlah persoalan sederhana yang dapat dipecahkan sekejap mata. Kita dituntut secara bersama-sama bersinergi menyiapkan generasi muda Indonesia yang memiliki kesadaran bela Negara yang tinggi.
Keluarga, dalam kesehariannya haruslah menerapkan kesadaran akan pentingnya menjaga kedaulatan Negara, melalui sikap dan perilaku sehari-hari. Lembaga pendidikan formal, melalui mata pelajaran/kurikulumnya menyiapkan bahan pengajaran dan pola pelaksanaannya. Permasalahan menjalankan kurikulum juga merupakan hal yang harus ditangani secara serius, diperlukan uji coba yang akan menghasilkan metode yang paling tepat dalam menumbuhkan kesadaran bela Negara.
Di atas kertas, tampaknya hal ini lebih mudah dilaksanakan. Fakta di lapangan, sangat sulit untuk dilaksanakan karena akan melibatkan kemampuan masing-masing pelaksana dalam mengkomunikasikan tentang perlunya kemampuan mempertahankan kedaulatan Negara.
Hal apa sajakah yang perlu disiapkan? Pertama-tama setiap warga Negara hendaknya menyadari akan hal-hal yang wajib mereka lakukan sebagai warganegara yang baik, mulai dari hal yang paling sederhana yaitu, menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, menjaga kebersihan, menjaga kedamaian, bersikap saling menghargai kepada sesama maupun yang lebih rendah kedudukannya, menjaga lingkungan hidupnya, Jika ditinjau dari piramida kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow, maupun Clayton Alderfer dalam teori ERG nya, dapat kita cermati bahwa jika kebutuhan yang paling mendasar, yaitu kebutuhan fisiologis belum terpenuhi maka tidak akan terpikirkan/termotivasi untuk tercapainya kebutuhan-kebutuhan lain yang berada ditingkat atasnya. Hal ini berarti, jika kebutuhan dasar manusia seseorang belum terpenuhi, niscaya tak akan tumbuh motivasi dalam dirinya untuk melakukan hal-hal yang terkait dengan kepentingan bangsa dan Negara. Pernahkan seorang yang miskin, berpikir bahwa dia harus membela negaranya dari ancaman-ancaman kehancuran yang datang dari dalam maupun luar negeri
Bagaimana cara kita mengatasi semua itu? Tantangan bagi kita untuk mencukupi kebutuhan dasar manusia Indonesia. Bagaimana menumbuhkan kesadaran bela Negara pada diri anak-anak, remaja dan pemuda? Aktivitas sehari-hari hendaknya sudah menjadi bagian dalam proses pembentukan kesadaran bela Negara, termasuk tayangan-tayangan televisi, iklan layanan masyarakat, juga siaran-siaran radio, baik negri maupun swasta. Hal-hal yang terkait dalam proses pembentukan motivasi hendaknya mudah dibaca dan menarik untuk didiskusikan. Kedekatan antara masyarakat dan aparat keamanan juga harus menjadi prioritas, sehingga dapat dibangun komunikasi yang baik serta memungkinkan terjadinya penumbuhan motivasi untuk menjadi warganegara yang siap membela Negara dari gangguan-gangguan baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan, antara lain adalah menyiapkan diri untuk menyisipkan pendidikan kesadaran bela Negara secara sistematik dan berkelanjutan dalam setiap pertemuan di ruang kuliah. Secara Institusional, ruang-ruang kegiatan yang terarah ke peningkatan kesadaran bela Negara terus ditingkatkan, diantaranya dengan membuka peluang mereka untuk bersosialisasi dalam berbagai kegiatan non kurikuler,baik dalam bidang seni dan budaya maupun keolahragaan. Berbagai pelatihan khusus yang diselenggarakan, seperti latihan kepemimpinan, resimen mahasiswa, kegiatan Kepramukaan, hendaknya mendapatkan perhatian khusus, karena media ini dapat menyiapkan mahasiswa yangberminat secara khusus mendapatkan pendidikan yang utuh dan tepat, sehingga mereka dapat menjadi kader-kader pemimpin dalam menyiapkan rekan-rekannya maupun adik-adiknya meningkatkan kesadaran bela Negara. Kuliah-kuliah umum dengan materi untuk meningkatkan kesadaran bela Negara, yang dibawakan oleh para tokoh/praktisi yang mumpuni tentunya merupakan hal penting yang perlu diselenggarakan secara teratur. Cerita-cerita perjuangan, baik itu tentang pahlawan-pahlawan Negara, maupun tokoh-tokoh dalam pewayangan, hendaknya dapat disebarluaskan dalam bentuk yang menarik, baik bagi kanak-kanak maupun remaja dan orang dewasa, mengalahkan cerita-cerita yang berasal dari Negara lain dan juga komik-komik hiburan belaka.
Tulisan-tulisan serta lukisan-lukisan yang bernilai heroik, baik itu karya anak-anak di tingkat SD, SMP, maupun SMA/SMK dan PT hendaknya mendapatkan penghargaan dan mendapatkan kesempatan untuk dipublikasikan, sehingga mereka sudah menumbuhkan kesadaran bela negaranya dari sejak dini dan mendapatkan apresiasi dari semua pihak. Dengan cara ini diharapkan, keanekaragaman proses menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran bela Negara terus berkembang dan tanpa terasa kita sudah membuat suasana keseharian kita menjadi akrab dengan kesadaran bela Negara. Apakah hal ini juga akan berpengaruh terhadap masyarakat pada umumnya? Tentu kita berharap bahwa publikasi yang meluas akan menjadi media pembelajaran yang tak terbatas oleh ruang dan waktu. Tinggal sinergitas semua pihak yang memiliki kewenangan dan kemampuan secara financial untuk menunjang hal tersebut perlu ditumbuhkan, dipelihara dan ditingkatkan untuk mengatasi problematika pertahanan kedaulatan Negara kesatuan Republik Indonesia.
Perjuangan mengisi kemerdekaan dengan karya-karya anak bangsa, merupakan suatu kebanggaan sekaligus memotivasi anak-anak bangsa untuk berkarya. Kecintaan akan produk dalam negeri hendaknya selalu didengungkan dan implementasinya harus tampak jelas. Upaya penyelenggara Negara untuk hal ini juga harus tegas dan jelas, sehingga akan dicontoh dan diikuti oleh masyarakat luas.
Berbagai macam keprofesian telah dihasilkan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang ada di dalam negeri maupun oleh berbagai macam industri dan usaha-usaha kecil dan menengah. Penempatan tenaga kerja professional di tanah air, hendaknya diutamakan dan tidak mendahulukan tenaga asing. Kita masih sering menjumpai tenaga asing yang sebetulnya tidak professional namun mendapatkan gaji yang jauh lebih besar daripada tenaga lokal. Jika ini terus terjadi, maka akan timbul kecemburuan sosial dan merupakan suatu bentuk pelecehan yang tentunya tidak boleh dibiarkan terus terjadi. Kesempatan menjunjung tinggi nama Indonesia di dunia Internasional diperoleh duta-duta Indonesia di ajang lomba bertaraf Internasional. Kemenangan mereka dalam berbagai lomba yang diikuti tentunya akan mengharumkan nama Negara. Untuk itu hendaknya mereka mendapat dkungan sepenuhnya dari berbagai pihak di tanah air.
Dukungan tidak hanya berupa dukungan moril semata, melainkan juga dukungan finansial dalam mempersiapkan delegasi Indonesia. Persiapan yang matang, organisasi yang baik, materi yang sesuai, serta berbagai macam hal lainnya yang menunjang tentunya sangat dibutuhkan untuk meraih keberhasilan. Untuk itu diperlukan sinergitas berbagai pihak terkait dalam menyiapkan delegasi-delegasi Indonesia. Anak-anak bangsa yang telah mengukir prestasi di arena lomba Internasional hendaknya juga medaatkan dukungan secara menerus, agar prestasinya terus meningkat dan pada suatu saat kelak dia akan dapat memberikan yang terbaik bagi bangsa dan Negara.
Penanganan bencana, baik itu yang disebabkan oleh kejadian alam maupun karena ulah manusia yang terjerumus dalam tindakan yang keliru, merupakan hal yang perlu ditangani secara serius. Melalui proses penanganan yang tepat, tentunya bangsa ini akan terselamatkan dari keterpurukan. Rasa solidaritas juga dapat ditingkatkan melalui kegiatan-kegiatan penangan becana yang terorganisir secara baik.
Kita sadari bahwa untuk melaksanakan upaya-upaya menumbuhkan kesadaran bela Negara bukanlah hal yang mudah. Namun demikian secara mendasar kita perlu melakukan upaya membangun integritas bangsa Indonesia, khususnya para pemuda harapan bangsa ini. Untuk itu perlu kita perhatikan bahwa integritas dapat kita bangun melalui pendidikan karakter yang tepat.
Pendidikan karakter (budi pekerti plus) hendaknya diberikan sejak masa kanak-kanak, sehingga akan tertanam dengan baik dalam dirinya, yang pada gilirannya kelak akan menciptakan pribadi yang berkarakter unggul dan memiliki integritas. Jika ini dapat diterapkan kepada seluruh bangsa Indonesia, niscaya permasalahan bangsa akan dapat terselesaikan satu persatu secara bertahap dan kesadaran bela Negara akan tumbuh dengan sendirinya. Tantangan bagi kita adalah bagaimana menerapkan pendidikan karakter secara sinergis di keluarga dan di lingkungan pendidikan formal.
Semoga cita-cita kita membangun bangsa dan mempertahankan kedaulatan NKRI selalu mendapat limpahan rahmat dan lindungan Tuhan Yang Maha Agung.
Daftar Pustaka
1. Alwisol, 2008, Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press.
2. Moeljono, D., 2009, More about beyond Leadership, Jakarta: P.T. Elex Media Komputindo-Gramedia group
3. Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas
0 komentar:
Posting Komentar